Tren digital marketing 2022 merupakan hal yang perlu mulai kita amati untuk menyusun strategi dan rencana kita di tahun 2022 mendatang. Kurang dari 10 hari lagi kita akan memasuki bulan terakhir tahun 2021 ini. Artinya tahun 2022 sudah di depan mata, dan kita harus sudah mempersiapkan apa yang akan kita lakukan.

Dalam hal ini kita perlu membuka mata dan telinga selebar-lebarnya untuk menyerap, mendengar pendapat pakar dan praktisi digital marketing dari seluruh penjuru dunia, untuk memperkaya pengalaman dan pengamatan kita sendiri.

Salah satu pendapat yang menurut saya menarik adalah yang dikemukakan oleh Forbes, media terkemuka dunia di bidang bisnis yang masih tetap eksis di usianya yang sudah lebih dari 100 tahun.

Forbes memang tidak fokus pada digital marketing tetapi pada bisnis secara keseluruhan, dari semua aspek. Tapi justru selain memahami dari sisi teknis dan detail, sudut pandang lebih lebar dengan perspektif bisnis secara menyeluruh juga sangat penting untuk kita fahami.

Seperti banyak aspek lain dalam kehidupan manusia, termasuk manusia itu sendiri yang dikatakan hidup berevolusi, tataran digital marketing juga berevolusi. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan fluktuasi tren akan muncul sebagai pemenang sementara mereka yang gagal menyesuaikan diri dengan situasi terkini akan tersingkir.

Ranah digital semakin kompetitif. Hanya bisnis yang selalu siap dengan teknik dan metodologi terkini dalam memoles keberadaannya di dunia maya yang akan sanggup bertahan dan berkembang.

Konon di balik setiap tantangan selalu ada peluang. Hanya saja tidak semua orang bisa melihat dan memanfaatkannya. Demikian juga tantangan yang dibawa pandemi Covid-19 pada dunia pemasaran. Ada banyak cara dan perangkat baru untuk memperkuat engagement perusahaan dengan audience.

Forbes memberikan pandangan berupa taktik digital marketing yang bisa membantu kita meningkatkan traffic, konversi, dan penjualan melalui digital marketing di tahun 2022 yang akan datang.

1. Hybrid

Dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda, pandemi mempengaruhi hampir semua industri. Bagi banyak usaha, pengaruhnya demikian buruk sampai terpaksa menutup usahanya. Apakah saat pandemi berlalu kemudian semua akan kembali seperti sedia kala? Sepertinya tidak. Bertahun-tahun hidup dengan “cara baru” membuat orang terbiasa sehingga saat pandemi berlalu kebiasaan itu tidak hilang begitu saja.

Selama hampir dua tahun kita dipaksa untuk membiasakan diri memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan banyak hal tanpa harus beranjak dari rumah, dari bekerja sampai berbelanja. Jika sebelum pandemi kita lebih sering berbelanja dengan mendatangi toko atau pusat perbelanjaan dan hanya sekali-sekali belanja online, setelah pandemi mungkin akan terbalik, kita akan lebih banyak berbelanja online dan hanya sekali-sekali pergi ke mal atau toko.

Dengan begitu perusahaan-peruahaan yang tadinya terpolarisasi, ada yang fokus dengan cara online dan ada yang fokus dengan cara konvensional, diperkirakan akan bergeser menyadi hybrid dimana semua melayani pelanggannya baik secara online maupun offline.

2. Artificial Intelligence

Adopsi teknologi artificial intelligence sudah semakin masif dan kini sudah mulai memasuki ranah digital marketing. Ke depan, teknologi artificial intelligence akan semakin maju, demikian juga aplikasinya di berbagai sektor. Pastinya digital marketing bukan pengecualian. Integrasi artificial intelligence pada aneka instrumen digital marketing seperti SEO dan SEM akan semakin meluas.

AI technology can help companies conduct business forecasting and predictions. For example, AI tools enable firms to analyze thousands of matrixes to produce precise extrapolations for demand and growth forecasting. Moreover, health care, finance and other industries can use AI-powered tools to formulate digital strategies to attract and retain customers.

Akan semakin banyak fungsi-fungsi bisnis yang bekerja dengan lebih efisien dengan memanfaatkan otomatisasi digital yang dikendalikan artificial intelligence. Salah satu contohnya misalnya penggunaan teknologi artificial intelligence untuk menyempurnakan kemampuan komputer memahami bahasa yang dikombinasikan dengan sistem layanan pelanggan otomatis yang juga dikomandoi artificial intelligence mungkin akan menggantikan fungsi customer service konvensional yang kita kenal saat ini.

Jika teknologi yang sama diterapkan di dunia digital marketing, perubahan masif akan terjadi. Pengaruhnya bukan hanya teknik dan metode implementasi saja yang berubah, tapi strategi juga harus turut menyesuaikan. Bayangkan kalau penggunaan artifical intelligence dapat membantu kita menganalisa penggunaan keyword pada pencarian dengan menggunakan lalu mengatur konten website kita secara otomatis untuk menciptakan konten yang lebih relevan.

Artifical intelligence juga bisa dipergunakan untuk mengotomatisasi perangkat-perangkat pembantu SEO sehingga nantinya kita tidak lagi harus bekerja keras mengikuti “kemauan” tool-tool yang kita gunakan. Content planning, link building, on-page SEO, email marketing, merupakan sejumlah aspek digital marketing yang jelas bisa dengan mudah diambil alih artificial intelligence.

3. Konten

Posisi search engine sebagai sumber traffic berkualitas masih tetap akan sangat dominan, sehingga pengaruhnya dalam tren digital marketing 2022 masih tetap akan sangat kuat. Saat kita bicara generating traffic melalui search engine, SEO tetap merupakan metode yang sangat strategis.

Google sebagai search engine dengan pangsa pasar paling besar terus mengembangkan layanannya, tetapi prinsip dasarnya tetap sama, konten berkualitas tetap menjadi prioritas penting. Hanya website yang secara konsisten menyempurnakan user experience dengan menyajikan konten yang menarik, lengkap, dan akurat akan bisa mendapatkan ranking yang tinggi, traffic yang melimpah, dan konversi yang tinggi dari search engine.

Sejak banyak pengguna search engine mengakses melalui perangkat bergerak berlayar (relatif) kecil seperti smartphone, Google sudah mulai mengembangkan sistem pencarian berbasis suara. Pengguna tidak harus mengetikkan keyword saat melakukan pencarian tetapi cukup dengan mengucapkannya. Data menunjukkan bahwa penggunaan pencarian berbasis suara semakin dominan terutama untuk pencarian yang dilakukan melalui smartphone.

Skenarionya sangat mudah kita rasakan dalam aktivitas sehari-hari. Kalau kita mau mencari suatu tempat, restoran misalnya, saat kita sedang mengendarai kendaraan, kita pasti akan memilih melakukan pencarian berbasis suara daripada mengetikkan keyword.

Karena itu website yang kontennya dikembangkan dengan memperhatikan pencarian berbasis suara akan memberikan kinerja yang jauh lebih baik.

4. Video

Tidak semua orang suka membaca. Orang yang suka membaca tidak selalu berada dalam kondisi memungkinkan untuk membaca saat dia memerlukan informasi tertentu. Karena itulah penggunaan video dalam campaign digital marketing biasanya memberikan hasil yang positif. Bagaimana kalau informasi itu mengenai produk? Apalagi. Karena untuk produk, melihat secara visual tentu lebih memudahkan orang mengambil keputusan daripada hanya membaca informasi berbentuk teks.

Sebuah riset yang dipublikasikan SocialMediaToday menyebut bahwa 93% responden dalam survey yang mereka gelar menyatakan bahwa video sangat membantu mereka saat melakukan pembelian secara online.

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia memang pada umumnya makhluk visual. Selain itu melihat secara visual memutus satu rantai dimana kesalahan mungkin terjadi. Saat kita hanya membaca informasi secara tekstual, kita terpaksa memvisualisasikan informasi itu dalam imajinasi kita. Dan itu bisa saja salah. Karena itu memasarkan dengan menggunakan konten berbasis video bisa sangat efektif untuk memberikan informasi yang tepat bagi calon konsumen.

Video bisa disajikan dari berbagai aspek. Misalnya selain video produknya sendiri, kita juga bisa menambahkan video proses produksinya. Video saat produk digunakan oleh konsumen-konsumen kita juga bisa jadi lebih efektif daripada review yang hanya berbentuk teks. Jadi salah satu aspek dalam tren digital marketing 2022 adalah konten berbentuk video.

5. Aktivitas Non-Profit

Situasi pandemi mendorong kita untuk saling membantu, menumbuhkan kembali jiwa sosial yang mungkin sudah lama tidak banyak kita lihat lagi. Perasaan nyaman karena bisa membantu, karena bisa berperan dalam aktivitas-aktivitas sosial, perlindungan lingkungan, dan sejenisnya semakin tumbuh di kalangan masyarakat yang menjadi kelompok sasaran kita.

Sebuah riset yang dilakukan konsultan bisnis terkemuka dunia, Accenture, menunjukkan bahwa 62% orang lebih tertarik membeli produk dari perusahaan-perusahaan yang mereka ketahui terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berhubungan dengan kemanusiaan, lingkungan, dan sejenisnya. Kalau belum, ada baiknya untuk mulai menekankan nilai-nilai sosial dalam kampanye pemasaran.

Kita bisa melakukannya sendiri dengan berperan aktif bahkan mempelopori kegiatan-kegiatan amal seperti bantuan kemanusiaan, pelestarian lingkungan, dan aktivitas-aktivitas lain yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan lingkungan. Tapi kalau itu dianggap terlalu merepotkan, bisa juga berkolaborasi dengan organisasi-organisasi non-profit yang fokus kegiatannya memang ke arah sana. Pastikan bahwa audience melihat kalau perusahaan kita mendukung aktivitas amal yang mereka lakukan.

Kalau kolaborasi merupakan jalan yang dianggap ideal, pastikan kalau aktivtas organisasi yang diajak bekerjasama sejalan dengan visi, misi, dan nilai-nilai yang dianut perusahaan.