Demo besar-besaran tanggal 4 November kemarin mengingatkan bahwa kita bahwa kurang dari 2 bulan lagi kita akan memasuki tahun 2017. Pastinya kita semua faham bahwa peranan content marketing semakin dominan sebagai salah satu kunci sukses utama digital marketing. Jadi sambil terus bekerja, sudah waktunya kita mulai menggali formulasi untuk tahun yang akan datang, salah satunya dengan memperkirakan trend content marketing 2017 supaya kita bisa memasukannya ke dalam strategi content marketing 2017 yang sudah harus kita matangkan sebelum tahun 2016 ini berakhir.
Salah satu analisa trend content marketing 2017 yang cukup menarik untuk dipelajari ditulis oleh Joe Pulizzi. Tulisan ini dipublikasikan oleh Content Marketing Institute dalam artikel berjudul The Biggest Content Marketing Trends in 2017. Joe Pulizzi merupakan salah satu praktisi dan pakar content marketing berpengalaman yang sudah malang melintang di dunia content marketing, menulis artikel, menjadi pembicara, bahkan menulis buku berjudul Content Inc. yang diterbitkan McGraw-Hill. Di Content Marketing Institute Joe Pulizzi bukan hanya sekedar kontributor melainkan juga pendiri.
Berikut adalah sejumlah hal penting yang disarikan dari artikel tersebut:
Jangan Abaikan Content Marketing Strategy
Bahkan korporasi besar sekalipun sering kali mengabaikan pentingnya strategi content marketing yang baik. Bukan hanya perlu dipikirkan, tapi juga harus tertulis, didokumentasikan dengan baik. Sejumlah riset yang dilakukan di luar negeri membuktikan bahwa mereka yang memiliki strategi content marketing yang baik, terdokumentasikan dengan baik, dan direview secara berkala sejalan dengan eksekusinya, memiliki tingkat kesuksesan yang lebih baik.
Native Advertising
Secara selitas dapat dijelaskan bahwa native advertising adalah penyisipan pesan pemasaran ke dalam sebuah cerita. Contoh mudahnya, alih-alih membuat iklan komersial yang secara periodik memotong pemutaran film di televisi, native advertising membayar produser James Bond untuk menggunakan Aston Martin sehingga tanpa disadari penonton melihat betapa hebatnya mobil lansiran pabrikan asal Inggris tersebut. Bentuk content-nya sendiri bisa dalam banyak bentuk, dari posting blog sampai film layar lebar.
Jika dulu komposisi pengeluaran perusahaan-perusahaan besar rata-rata 80% untuk pembuatan konten dan 20% untuk mendistribusikannya, Joe Pulizzi meyakini komposisi pembuatan konten akan menurun sementara biaya untuk distribusinya semakin membengkak, bahkan akan terbalik.
Influencer Marketing
Menggunakan orang-orang berpengaruh di bidang tertentu untuk mendistribusikan konten jika direncanakan dan dieksekusi dengan baik bisa memberikan hasil yang luar biasa. Tentunya selain konten, pemilihan sosok influencer juga sangat penting. Lihat bagaimana Yamaha sukses besar dengan memanfaatkan pembalap-pembalapnya di arena MotoGP, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi, sebagai influencer yang menggerakan para penggemar mereka untuk memilih motor-motor buatan Yamaha.
Purpose-Driven Marketing
Content marketing tidak akan menghasilkan apa-apa kalau audience tidak membaca dan tergerak untuk melakukan atau setidaknya menggeser pikiran mereka setelah membaca. Kalau konten-nya bukan artikel tapi video misalnya, ya nonton lah bukan membaca.
Jadi pastikan kita benar-benar memahami misi yang kita inginkan saat membuat konten, misalnya menulis artikel. Apa yang kita inginkan. Siapa kelompok sasarannya. Apa yang kita ingin kelompok sasaran itu lakukan setelah membaca artikel yang kita tulis. Kalau kita menulis artikel hanya sekedar untuk menambah konten supaya search engine lebih “nanggap” website kita, sudah pasti content marketing yang kita lakukan gagal mencapai tujuannya.
Tujuan content marketing adalah menggerakan orang, bukan sekedar mendongkrak ranking search engine.
Gambar dan Video
Ingat kata pepatah yang mengatakan bahwa satu gambar dapat bermakna seribu kata? Bayang kan kalau video yang rata-rata memiliki sekitar 30 frame per second yang artinya 30 gambar yang dimunculkan berurutan setiap satu detiknya. Artinya video berdurasi 1 menit alias 60 detik terdiri dari 1.800 gambar. Kalau satu gambar bermakna 100 kata, jadi berapa kata yang terwakili oleh video pendek berdurasi 1 menit?
Mungkin tidak sedemikian heboh ya. Tapi tetap saja ada banyak benarnya. Coba lihat sekarang setelah koneksi internet demikian cepat dan murah sehingga kita bisa dengan nyaman menonton video melalui layar ponsel. Kebanyakan orang lebih suka menonton video lewat Youtube daripada membaca artikel bukan?
Saat kita menawarkan produk mungkin search engine marketing, baik itu SEO maupun PPC, masih cukup efektif. Tapi untuk menarik untuk melirik konten kita, entah membaca pesan ringkas, melihat gambar, atau menonton video pendek, social media merupakan kanal yang sangat efektif, terutama Facebook.
Tidak memiliki cukup banyak pertemanan atau mungkin Page kita belum banyak yang me-like? Facebook menyediakan fasilitas periklanan berbayar yang dengan biaya yang relatif murah akan membawa konten kita ke depan hidung audience. Tidak asal audience karena kita bisa memilih karakteristik audience yang kita tuju.
Jangan Lupakan Faktor Manusia
Mungkin anda sering mendapat penawaran untuk membeli artikel yang banyak diantaranya ditawarkan dengan harga murah. Biasanya diembel-embeli dengan fitur SEO friendly dan bebas CopyScape sebagai indikator bahwa artikel itu tidak akan dianggap “duplicate content” oleh search engine. Seringkali harganyapun sangat menggiurkan.
Sebagian diantaranya bermain di kisaran harga antara 10 ribu sampai 20 ribu rupiah untuk artikel berbahasa Inggris dengan panjang 400 kata. Membayangkan berapa waktu yang anda perlukan untuk menulis artikel sendiri, banyak yang tergiur dengan penawaran seperti ini. Anda termasuk salah satu diantaranya? Sukses? Biasanya cukup sukses kalau tujuannya hanya sekedar mencari cara mendapat ranking tinggi di Google.
Tapi apakah kemudian orang tertarik untuk membaca? Apakah mereka yang membaca benar-benar terpengaruh pikirannya dan mengikuti apa yang anda inginkan?
Mobile Salah Satu Trend Content Marketing 2017 Paling Penting
Akses internet terutama untuk keperluan pribadi seperti berbelanja, berinteraksi melalui jaringan media sosial, membaca berita, mencari informasi, dan sebagainya saat ini lebih banyak dilakukan melalui perangkat bergerak yang lebih dikenal dengan sebutan mobile device. Berawal dari keberadaan dua golongan utama, smartphone alias ponsel pintar dan tab yang ukuran layarnya lebih lebar, kini kedua golongan tersebut semakin menyatu, smarphone dengan layar lebih lebar. Tidak selebar tab pada awalnya, tapi dengan resolusi layar yang semakin tinggi bisa menampilkan lebih banyak pada layarnya yang relatif sempit.
Kaum profesional biasanya sibuk bekerja di kantor dan menggunakan waktu untuk keluarga di rumah. Aktivitas berinternet biasanya dilakukan pada waktu kosong yang tidak bisa diisi apa-apa, misalnya saat terjebak kemacetan di jalan, saat naik bis atau kereta ke kantor, atau saat mulai beristrahat di tempat tidur, dimana penggunaan peralatan besar seperti laptop cenderung terasa kurang nyaman.
Tidak heran kalau sekarang akses internet melalui mobile device sudah melampaui perangkat komputer tradisional baik desktop maupun notebook. Pastinya trend content marketing 2017 sangat banyak terpengaruh.
Bisa dibayangkan apa akibatnya kalau konten anda tidak bisa dinikmati dengan nyaman melalui perangkat tersebut. Kalau anda mendistribusikan konten melalui website dan website anda belum bisa diakses dengan nyaman melalui smartphone, anda punya dua pilihan. Segera bangun ulang website anda supaya mobile-friendly atau bersiap-siaplah dengan bisnis lain saja. Tahukah anda bahwa bahkan Google sekarang mulai menurunkan nilai website-website yang tidak mobile friendly?