Pentingnya link building untuk SEO semakin dipertanyakan. Selain mendapatkannya backlink berkualitas untuk SEO semakin sulit, manfaat backlink untuk SEO juga semakin dipertanyakan. Salah satu petinggi Google bernama John Mueller bahkan menyarankan untuk tidak lagi mempraktekan link building karena menurutnya saat ini link building justru membawa efek negatif untuk SEO. Karena itu akhir-akhir ini sudah mulai banyak pemain SEO yang sudah tidak lagi melakukannya.
Link building masih sangat bermanfaat, hanya saja harus natural dan berkualitas.
Sebetulnya yang berpengaruh negatif terhadap SEO adalah link building yang dilakukan secara tidak wajar hanya untuk mengejar volume, praktek yang dilakukan berdasarkan asumsi semakin banyak link semakin baik. Lebih banyak link memang lebih bagus, kalau semuanya berkualitas tinggi. Sayangnya saat ini mendapatkan link berkualitas tinggi tidaklah mudah, apalagi mendapatkannya dalam jumlah banyak.
Praktek-praktek spamming untuk mendapatkan backlink dalam jumlah besar tanpa mempertimbangkan kualitas inilah yang berpengaruh negatif pada SEO.
Dalam analogi sehari-hari, backling dapat disamakan dengan pujian. Pujian yang diterima seseorang (dalam hal ini website) dari orang lain (dalam hal ini website-website lain). Pujian yang tidak tulus, pujian yang didapat karena kita membayar, tentu tidak bisa kita (dalam konteks analogi ini Google dan search engine lain) anggap sebagai pujian berkualitas dan layak didengar. Pujian dari orang yang berpengaruh, dianggap sebagai panutan, seperti tokoh masyarakat, pejabat, seleb, dll. pastinya punya nilai lebih dibandingkan pujian dari orang yang “bukan siapa-siapa”.
Mereka yang menjauhi link building secara langsung sekarang lebih mengutamakan konten berkualitas yang dipublikasikan tidak hanya melalui website tetapi melalui kanal-kanal lain seperti sindikasi, social media, dll. Konten berkualitas tinggi yang dibaca banyak orang pada akhirnya akan menarik orang untuk menjadikannya referensi. Sebagian dari mereka tanpa diminta pun kemudian akan menulis konten yang relevan yang disisipi link sebagai rujukan.
Memang begitulah praktek yang ideal. Hanya saja membuat konten berkualitas yang membuat orang tertarik untuk menjadikannya referensi dan membuat konten tersebut dilihat dan dibaca banyak orang bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, bahkan saat kita sudah berusaha sangat keras sekalipun.
Lalu apakah mendapatkan link secara sengaja dengan link building sama sekali sudah tidak punya tempat lagi? Selama anda tetap berpegang pada acuan dasar, natural dan berkualitas, sebetulnya link building masih bisa dilakukan dan masih memberikan efek positif pada SEO. Kalau anda bermaksud untuk melakukannya, pastikan anda menghindari link yang memiliki karakter sebagai backlink berkualitas buruk untuk SEO seperti tersebut di bawah ini:
Link Dari Website dengan Otoritas Rendah
Pada dasarnya semakin tinggi otoritas sebuah website, rankingnya di Google juga akan lebih tinggi. Nilai otoritas ini akan “menginfus” website yang mendapat link dari situ, otoritasnya akan ikut terdongkrak, sehingga kesempatannya mendapat ranking yang tinggi juga akan semakin baik. Karena itu, jika sebaliknya, anda mendapatkan link dari website dengan reputasi yang buruk, bukannya manfaat tapi justru akan berpengaruh pada ranking organik website kita.
Secara tidak sengaja mendapat link dari satu-dua website dengan reputasi buruk tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Tapi kalau jumlahnya masif pasti akan berpengaruh sangat buruk. Jadi yang penting jangan dengan sengaja membuat link dari website dengan tingkat otorias rendah, apalagi jika website tersebut melakukan praktek-praktek spam atau terdeteksi sudah di-blacklist.
Jadi carilah sumber link yang memiliki tingkat otoritas setinggi mungkin.
Tidak Punya Relevansi
Dalam algoritma Google saat ini, konteks sangatlah penting. Link saja tidaklah terlalu ada manfaatnya kecuali ada relevansi antara konten di sumber link dan di tujuan link. Misalnya saja jka anda mengelola website hotel, mendapatkan link dari blog SEO tidaklah relevan. Jangan terkunci dengan sama persis, tidak harus misalnya hotel dengan hotel, tetapi secara kontekstual harus relevan. Misalnya saja untuk website hotel, link dari travel blog akan sangat bermanfaat.
Berulang-Ulang
Tidak bisa dipungkiri, semakin banyak link semakin bagus, selama kualitas terjaga. Meskipun kualitas lebih penting dari kuanitas, tentu dua link berkualitas tinggi lebih baik dari satu link dengan kualitas yang sama. Meskipun demikian, penyebaran juga merupakan aspek yang sangat penting. Kalau dulu kita bisa mendapat efek dahsyat dari link pada sideboard atau footer karena kita mendapat link dari semua halaman web di satu website tertentu, sekarang bukan hanya tidak perlu tapi jangan dilakukan.
Kalau kita mendapat lebih dari satu link yang berasal dari satu website, link yang kedua, ketiga, dan selanjutnya nilainya akan berkurang. Sementara itu jika jumlahnya terlalu banyak, justru akan memancing kecurigaan. Jadi 1-2 link dari satu website sudah cukup. Perbanyaklah link, tapi dari sumber yang berbeda.
Bagian dari Pola Reciprocal Link Exchange
Reciprocal link exchange pernah mengalami masa kejayaan beberapa tahun yang lalu. Tetapi pola bertukar link ini sekarang sudah tidak bisa dilakukan lagi. Bukan hanya tidak ada manfaatnya tetapi justru membawa pengaruh negatif. Pola berputar seperti segi tiga juga sudah waktunya untuk dihindari karena teknologi search engine sekarang sudah mampu mendeteksinya.
Lagi-lagi, satu-dua mungkin tidak berpengaruh negatif, tapi kalau banyak dan berpola, siap-siaplah berhadapan dengan penalty alias hukuman.
Anchor Text Persis dengan Keyword
Pada jamannya, anchor text untuk backlink yang dianggap baik bukan hanya mengandung tetapi persis sama dengan keyword yang disasar. Sekarang justru sebaliknya, dapat menggusur website kita ke dalam kotak penalti manual. Kalau sudah “kejeblos” ke kotak ini, kemungkinan bisa bangun lagi sangat kecil. Bagi Google dan search engine lainnya, mendeteksi keyword yang disasar tidaklah sulit, bisa dilakukan dengan secara sistematis dan programatis menganalisa kerapatan keyword, title, dan parameter-parameter lainnya.
Pakailah pola kontekstual. Tidak persis dengan keyword tetapi secara semantik berhubungan.
Jauh dari Konten Relevan
Jika sumber link tidak memiliki konten berkualitas yang secara kontekstual relevan, kualitas link tersebut dapat dikategorikan rendah alias buruk. Bentuknya bisa apa saja, website, wiki, blog, komentar blog, forum, atau apapun. Tapi link harus dikelilingi konten yang secara kontekstual relevan.
Selain relevan, sebaiknya link tersebut juga dikelilingi konten yang secara natual berbentuk narasi. Link berbentuk list seperti sidebar misalnya, tidak terlalu bermanfaat.
Merupakan Bagian dari Skema
Ada banyak yang mempermainkan pola sumber link dengan harapan dapat “menipu” search engine. Setelah pola reciprocal exchange alias pertukaran langsung 1 lawan 1 sudah tidak lagi bisa dilakukan, ada muncul banyak skema yang semakin rumit. Mungkin anda pernah mendengar aneka istilah seperti link wheel, link pyramid, dll. Apapun bentuknya, skema seperti ini secara eksplisit dilarang, ada pada Terms of Service-nya Google. Jadi kalau terdeteksi sudah pasti digusur.
Jangan coba-coba bermain dengan skema link. Hukumannya bukan hanya penurunan ranking satu-dua tingkat atau satu-dua halaman tetapi bisa sangat serius.