Perkembangan teknologi di ranah e-commerce memerlukan pembaharuan menyeluruh dalam infrastruktur yang kita kelola. Website toko online yang pernah populer selama sekitar satu dekade terakhir akan segera kehilangan pamornya jika tidak segera mempersiapkan diri dengan pembaharuan tersebut. Popularitas mobile e-commerce adalah keniscayaan dan tidak ada pilihan lain jika kita ingin bertahan selain terjun secara penuh ke dalamnya, salah satunya dengan menyesuaikan infrastruktur yang kita miliki dengan kebutuhan yang ada.
Kalau kita mau mendefinisikan dengan lugas dan sederhana, mobile e-commerce adalah aktivitas e-commerce yang dilakukan melalui perangkat bergerak yang juga dikenal sebagai mobile device, seperti smartphone dan tablet. Akhir-akhir ini diantara smartphone dan tablet ada juga menyelip yang sering disebut orang sebagai phablet. Sementara e-commerce sendiri tentu kita semua sudah tahu definisinya sehingga tidak perlu kita bahas lagi sekarang.
Beda Mobile e-Commerce dan e-Commerce Konvensional
Selintas mungkin memang merasa tidak ada perbedaan diantara e-commerce konvensional dengan mobile e-commerce selain dari perangkat yang digunakan untuk mengaksesnya. Tetapi jiga kita coba dalami lebih lanjut, ada perbedaan signifikan yang karenanya memaksa kita untuk merombak infrastruktur yang kita kelola.
Perbedaan pertama datang dari perangkatnya sendiri. Layar mobile device jauh lebih kecil dibandingkan dengan layar komputer, baik laptop maupun desktop. Meskipun teknologi saat ini membuat resolusi layar mobile device tidak kalah dibandingkan layar komputer yang ukurannya jauh lebih besar, “resolusi” mata manusia tidak bisa diubah-ubah. Jika website e-commerce kita dapat dengan mudah dibuka di layar komputer, di layar mobile device pastilah jadi sangat kecil. Supaya pemakai bisa tetap merasa nyaman, rancangan layout website kita harus disesuaikan.
Perbedaan lainnya datang dari perilaku konsumen. Jika menggunakan komputer baik desktop maupun laptop orang cenderung berada dalam keadaan diam entah di rumah ataupun di kantor, mobile device yang mungil dan selalu berada di dalam saku, dompet, atau tas tangan bisa dibuka dimana saja selama perangkat tersebut masih terbung dengan jaringan internet. Konsekuensinya waktu untuk mengakses mobile e-commerce juga berbeda dengan e-commerce konvensional.
Jika e-commerce konvensional biasa dibuka di kantor atau di rumah, mobile e-commerce justru lebih sering dibuka pada waktu-waktu “terjepit”, misalnya saat duduk di kereta dalam perjalanan ke kantor.
Strategi Mobile e-Commerce
Dulu handphone memang hanya berfungsi sesuai namanya, untuk bertelepon artinya berbicara jarak jauh melalui sambungan telepon, kalaupun ada tambahan, paling hanya SMS. Tetapi perkembangan teknologinya yang bergerak sangat cepat membuat segudang fungsi berjejal di perangkat mungil itu, dari memantau berita sampai memesan tiket pesawat, dari mencari lokasi secara akurat sampai memotret dan memamerkannya kepada teman dan relasi. Fungsi lain yang tidak kalah penting adalah berbelanja secara online.
Dengan jumlanya yang diperkirakan akan mencapai 2 milyar pada tahun 2016 nanti, tentu potensi bisnisnya benar-benar luar biasa.
Tim Jenkins, eksekutif e-Spirit, penyedia sistem CMS yang banyak dikustomisasi menjadi portal e-commerce yang mobile-friendly bagi perusahaan-perusahaan terkemuka dunia, menyarankan untuk menggunakan platform e-commerce yang terintegrasi, sehingga pengalaman berbelanja konsumen tetap konsisten melalui kanal manapun mereka masuk.
Pertumbuhan Mobile e-Commerce
Estimasi lembaga survey IDC mengatakan bahwa tahun ini, 18% transaksi belanja di dunia dilakukan melalui perangkat mobile, sementara angkanya di Amerika Serikat yang mewakili komunitas negara maju lebih tinggi lagi, 40%. Di Inggris lembaga riset CRR menyatakan bahwa pertumbuhan transaksi melalui mobil device berlipat antara tahun 2013 dan 2014, dari 15% menjadi 28%. Sementara itu perusahaan-perusaan yang gagal terjun ke dunia mobile e-commerce mengalami kerugian 6.6 milyar Pound Sterling hanya dalam satu tahun.
Karena itu memiliki strategi mobile e-commerce yang tepat sudah bukan lagi sebuah pilihan tetapi keharusan.
Ada juga laporan yang menyebutkan bahwa 15% konsumen saat ini menggunakan perangkat mobile sebagai alat utama dalam berbelanja, dan pengeluarannya cenderung cukup besar. Laporan lain yang dilansir IMRG menunjukkan bahwa mobile e-commerce memang benar-benar sudah mulai menggusur e-commerce tradisional dengan angka yang luar biasa, saat ini 40% transaksi belanja online dilakukan melalui mobil device dan kecenderungannya terus membesar.
Jelas bahwa transaksi belanja selama dekade lalu bergeser ke arah online, dan sekarang transaksi belanja online bergeser ke arah mobile. Pertanyaannya adalah bagaimana kita memanfaatkan fenomena ini.
Konten Universal
Saat kita menyiapkan konten, kita harus benar-benar mempertimbangkan supaya cocok baik untuk akses melalui komputer maupun perangkat mobile. Kondisi perangkat mobile yang mungil serta perilaku pemakai yang cenderung lebih terburu-buru saat menggunakan perangkat mobile perlu mejadi perhatian serius. Konten yang tidak nyaman dilihat di layar mungil atau memerlukan waktu lebih untuk memperhatikan dengan seksama mungkin membuat keputusan untuk melakukan pembelian menjadi terhambat.
Deskripsi yang terlalu panjang, spesifikasi yang terlalu detail, foto yang kurang jelas, video yang terlalu panjang merupakan beberapa kesalahan yang sering terjadi.
Jika website anda memiliki fungsi-fungsi yang relatif rumit dan agak menyulitkan saat dioperasikan melalui perangkat mobile, mungkin anda perlu mempertimbangkan untuk membuat aplikasi, karena aplikasi memungkinkan kita menyediakan fungsionalitas yang lebih rumit tetapi tetap cukup intuitif untuk digunakan.
Gunakan Platform yang Umum Digunakan
Keinginan untuk menjadi unik dan berbeda tentu bukan hal buruk, bahkan disitulah titik dimana kita selalu bisa menjaga keunikan untuk menarik konsumen kita. Tetapi dalam hal penggunaan teknologi, kita juga tidak bisa melepaskan diri dari pakem-pakem yang sudah ada. Memang kadang-kadang standar seperti ini diciptakan oleh fihak lain, kompetitor yang sudah terlebih dahulu ada di pasaran. Tapi sering kali kita akan lebih berhasil dengan mengikuti yang sudah ada sehingga pengguna merasa lebih nyaman menggunakan sesuatu yang sudah biasa mereka gunakan.
Kalau kita melihat contoh kasus sehari-hari, coba saja lihat mobil. Kalau suatu ketika kita membuat pabrik mobil baru dan memindahkan tuas lampu sen ke tempat yang berbeda, pengguna akan cenderung melihat perbedaan itu sebagai sesuatu yang tidak nyaman alih-alih inovasi yang membawa perbedaan.
Saat kita membangun website atau aplikasi komersial lain, pendekatan ini sudah selayaknya kita perhatikan. Beberapa hal kecil yang mungkin bisa digunakan sebagai contoh misalnya apakah menggunakan mekanik sign-up dan login sendiri atau menggunakan platform yang sudah ada seperti Facebook misalnya.